Salah satu siklus kebencanaan yang hampir terjadi dan berulang di Indonesia adalah Banjir dan kekeringan. Dua hal yang kontradiktif dan menunjukan ketidakseimbangan dalam pemanfaatan dan pengelolaan. Persoalan kekeringan tentu tidak lepas dari masalah ketersedian air khususnya air tanah. Beberapa wilayah di indonesia memiliki karakteristik tanah yang tak dapat menjadi resapan air, begitu juga stratifikasi lapisan di bawah permukaan tidak menyediakan cadangan air karena bukan merupakan lapisan akuifer. Hal tersbut menjadi salah satu faktor suatu wilayah mengalami kelangkaan air pada periode tertentu.
Ketidakmampuan tanah menjadi resapan dan pengelolaan pembuangan air limpasan hujan di permukaan yang tidak optimal menyebabkan terjadinya banjir. Sisi lain dari hal tersebut dapat kita lihat bahwa di satu waktu suatu wilayah mengalami surplus air yang luar biasa namun di satu waktu yang tidak lama kemudian mengalami kekurangan air, kondisi permasalahan ketersediaan air yang bertolak belakang tersebut harus dapat diatasi dengan suatu program yang berkesinambungan dan holistik namun tidak melupakan cara cara yang sederhana. Pengelolaan air pada lokasi
seperti ini perlu mempertimbangkan kemudahan dalam penerapan sehingga dapat melibatkan masyarakat untuk mengelola air hujan secara optimal.
Pembangunan bendungan, embung dan kebijakan lainnya yang mendorong pemanfaatan air hujan yang menjadi aliran permukaan untuk dapat dimanfaatkan saat musim kemarau dapat dilakukan oleh pemangku kepentingan dalam hal ini pemerintah. Rekayasa tersebut juga berdampak pada pengendalian banjir yang terjadi pada musim penghujan. Pembangunan infrastruktur tersebut sangat membantu dalam pemenuhan air baku di masyarakat. Pembangunan infrastruktur tersebut bukan hal yang mudah dilakukan dan bukan menjadi solusi jangka pendek yang dapat dikerjakan masyarakat secara cepat dan tepat.
Pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tahun 2021 ini Program Studi Teknologi Konstruksi Bangunan Air (TKBA) Politeknik Pekerjaan Umum melaksanakan kegiatan Bantuan Dan Sosialisasi Alat Pemanen Hujan Untuk Rumah Sederhana Di Kabupaten Gunung Kidul, tepatnya di Kecamatan Dlingo.
Daru Jaka Sasangka selaku ketua tim PKM menyampaikan, salah satu solusi konservasi air yang mudah dalam jangka pendek adalah dengan membuat pemanen hujan. Jika alat pemanen hujan telah terinstal di sebagian besar pemukiman penduduk diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan kelangkaan air di musim kemarau dan banjir di musim hujan.
Pembuatan alat pemananen hujan untuk atap asbes di desain untuk perumahan penduduk desa kelas menengah kebawah yang sebagian besar menggunakan atap asbes maka komponen peralatan pemanen hujan menyesuaikan kondisi atap pemukiman tersebut. Desain rangkaian pemanen hujan untuk atap abes yang dimodifikasi menjadi desain yang rencananya juga akan di daftarkan sebagai paten sederhana, ungkap Daru.